Keadilan Allah Terhadap Seorang Pembunuh

Syeikh Abdul Karim Zaidan pernah bercerita, bahwa pada suatu musim panen disebuah desa di Negeri Iraq, keluarlah orang-orang miskin menuju ke perkebunan mencari pekerjaan memetik buah-buahan. Dari usaha ini mereka mengharapkan upah yang akan dipergunakan untuk membeli makanan sehari-hari.

Di tengah-tengah kebun ada seorang anak laki-laki yang masih kecil belum mencapai usia baligh. Anak itu melihat gandum berserakan di tanah. Dipilihnya gandum yang berserakan itu, lalu dimasukkannya kedalam karung, kemudian pulanglah ia memikul karung itu. Dalam hatinya terbayanglah kegembiraan ibunya menerima itu karena telah beberapa waktu mereka berutang bahan makanan lantaran kemiskinan yang dialaminya.

Tiba-tiba dari kejauhan kelihatan seseorang memacu kudanya yang sangat cepat kearahnya.
Timbul cemas dan ketakutan mengalir dengan cepat ke seluruh urat nadinya bagaikan darah yang mengalir keseluruh tubuhnya. Ternyata dia adalah pemilik kebun itu. Ketika pemilik kebun itu melihat anak kecil itu membawa gandum keluar dari kebunnya, direnggutnya gandum dari anak kecil itu. Gandum bertaburan diatas tanah dan anak kecil itu tidak di berikannnya kesempatan untuk memiliknya kembali. Bahkan dengan beringas, ditembaknya anak kecil itu, tepat mengenai jantungnya. Setelah itu, pemilik kebun meninggalkan anak kecil ituterkapar berlumuran darah. Pemilik kebun itu pergi seakan-akan baru saja membunuh seekor ayam. Apalah artinya seekor ayam bagi orang kaya seperti dia.

Ketika janda miskin keadaan yang menimpa anaknya,sambil menangis tersedu-sedu berlarilah ia ketempat itu. Di lihatnya anaknya telah mati berlumuran darah. Perempuan janda itu menjerit sekuat-kuatnya, melepaskan rasa duka yang menimpanya atas kematian

Anak satu-satunya, teman hidup dan tumpuan harapannya untuk masa depan. Tak seorangpun jadi tempat mengadukan musibah yang menimpa dirinya. Tak seorangpun bisa jadi tempat membagi duka nestapanya yang menimpanya. Pelan-pelan di angkatnya kedua tangan dan matanya menengadah kelangit. Sambil menangis dengan suara yang terputus-putus, dia memohon kehadirat Allah agar menghukum orang yang telah melakukan kekejaman kepada anaknya itu. Setelah itu ia membawa anaknya, dimandikan dan di sholatkan, serta dimakamkannya dengan baik.

Sementara ibu yang teraniaya itu sibuk dengan malapetaka yang menimpa dirinya.

Lelaki yang membunuh anaknya itu asyik dengan kawan-kawanya sambil ngobrol dan minum-minuman yang memabukkan di kantornya. Tiba-tiba dari jauh kelihatan suatau benda bergerak-gerak dengan cepat menuju mereka. Mereka menyangka benda itu akan membelok setelah sampai didekat kantornya. Akan tetapi dengan cepat benda itu masuk kekantornya. Benda itu adalah seekor ular besar yang menjalar dengan cepat. Ular itu langsung menuju laki-laki pembunuh itu yang berada di tenagh-tengah mereka. Orang-orang yang ada disekitarnya langsung berlarian. Mereka tak dapat berbuat apa-apalagi dan tak dapat pula membunuh ular tersebut.

Ular itu langsung membelit laki-laki pembunuh anak kecil itu dan menggigitnya dengan gigi dan lidah yang berbisa. Laki-laki tersebut menjerit kesakitan. Ular tersebut merobek-robek tubuhnya. Setelah itu, ular berlalu tanpa menyakiti orang yang berada disekitarnya. Orang yang di giggitnya itu langsung mati seketika itu juga. Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu keheranan tak mengerti, mengapa ular tersebut hanya menggigit orang itu saja, padahal ada orang lain didekatnya. Orang-orang jadi bertanya, menyelidiki dan mengira-ngira sebab peristiwa itu.

Akhirnya terbukalah hakikat peristiwa itu yang sebenarnya. Walidani yang menjadi hakim di negeri itu, menceritakan bahwa seorang janda miskin yang teraniaya telah didengar dan dikabulkan doanya oleh Allah dengan segera. sedangkan ular itu adalah prajurit Allah yang telah melakukan tugasnya dengan baik. Ia telah memberikan hukuman pada manusia yang zalim, mewujudkan keadilan dan melimpahkan rahmat-Nya.

Peristiwa itu menjadi pelajaran yang positif bagi orang-orang yang teraniaya dan menjadi peringatan bagi manusia lainnya agar tidak melakukan perbuatan zhalim. Dan juga sebagai pelajaran, bahwa kalau Allah melambatkan terkabulnya doa orang yang teraniaya, bukanlah Allah mengabaikannya. Hanya saja bagi setiap sesuatu ada ajalnya dan bagi setiap pekerjaan ada perhitungannya. Allah mempunyai prajurit-prajurit dilangit dan di bumi yang setiap saat patuh melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan baik dan tepat. Sangat tepatlah firmAn Allah dalam Al-Quran, " Dan, tidaklah Allah itu mau berbuat aniaya terhadap hamba-Nya".

Di kutip dari buku
"KISAH KEADILAN PARA PEMIMPIN ISLAM"
KARYA : NASIRRUDIN S.AG.MM,



0 komentar: