Dengki

Ada seorang lelaki yang setiap hari mengunjungi raja. Setelah bertemu
raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat
balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai
balasannya."

Ada seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan raja.
"Lelaki itu memiliki kedudukan yang dekat dengan raja, setiap hari ia
bertemu raja," pikir si pendengki dengan perasaan kurang senang.
Si pendengki kemudian menemui raja dan berkata, "Lelaki yang setiap
hari menemuimu, jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang
kamu. Ia juga berkata bahwa bau mulutmu busuk."
Raja terdiam.

Sekeluarnya dari kerajaan, pendengki duduk di tepi jalan yang biasa
dilalui oleh lelaki yang akrab dengan raja. Ketika si lelaki itu
lewat dalam perjalanannya menemui raja. Ia menghadangnya, "Kemarilah,
singgahlah ke rumahku."

Setelah temannya singgah ke rumahnya, si pendengki menawarkan bawang
merah dan putih, dan memaksanya agar ia memakannya. Karena dipaksa,
ia akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu. Bau
bawang merah dan putih itu tentu tidak mudah hilang.

Selesai berkunjung ke tempat si pendengki, lelaki itu sebagaimana
biasa mengunjungi raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan raja, ia
menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau mulutnya.
"Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku
bau," pikir raja. Sang raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat.
Lelaki itu kemudian duduk dan berkata sebagaimana biasa, "Orang yang
berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk,
cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia kemudian pamit
kepada raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada
fulan." Surat itu berisi, "Jika sampai kepadamu pembawa surat ini,
maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya dengan
jerami."

Lelaki tadi keluar membawa surat raja. Di tengah jalan ia dihadang
oleh si pendengki.
"Apa yang kamu bawa?" tanyanya.
"Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya
sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali
dalam urusan pembagian hadiah.".
"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang," pintanya.
Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat
itu kemudian ia serahkan kepada si pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat
tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja.
"Masuklah ke sini, raja menyuruhku membunuhmu," kata teman raja.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan,"
katanya ketakutan.
"Perintah raja tak bisa ditunda," kata teman raja.
Ia lalu membunuh, menguliti dan mengisi tubuh si pendengki dengan
jerami.

Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana biasa dan
berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang
yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah
keburukan si pendengki.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dengannya, hanya saja
kemarin ia mengundangku kerumahnya dan memaksaku makan bawang merah
dan putih. Waktu aku menemuimu kututup mulutku agar kamu tidak
mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia
menemuiku dan menanyakan titipanmu," lelaki itu kemudian menceritakan
semua yang terjadi.

Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang itu ternyata
dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik
akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan
itu sebagai balasannya."

Kedengkian di hati orang itu telah membunuh dirinya sendiri.
Dengki itu merusak amal
Dengki memakan kebaikan seperti api memusnahkan kayu bakar. (HR Ibnu
Majah)
Kedengkian seseorang hanya akan berakibat buruk bagi orang itu
sendiri.

Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul
Asyraf, Kisah dan Hikmah

0 komentar: