Keadilan Allah untuk Para Pembunuh

Pada Zaman Nabi Musa as, ada orang tua kaya yang wafat dengan meninggalkan seorang anak. Setelah di makamkan, semua paman dan saudara sepupunya merasa tidak senang lantaran mereka tidak kebagian warisan tersebut. Karena hukum waris menetapkanharta warisan jatuh kepada anak kandungnya. Kecuali seseorang tidak mempunyai keturunan,barulah harta itu dibagikan kepada famili terdekat.

Karena kedengkian para paman dan sepupu-sepupunya itu, mereka merencanakan suatu pembunuhan terhadap anak yang mendapatkan harta warisan tersebut.
Beberapa hari kemudian ,sebuah kabar duka tersebar di segenap penjuru karena anak yang telah mewarisi harta kekayaan ayahnya yang telah meninggal dunia itu tealh terbunuh dengan keji.
Akan tetapi mayatnya tanpa di jumpai bekas yang jelas untuk dapat melacak dan mengusut para pelakunya.

Keluarga anak yang malang tersebut merasa terpukul atas peristiwa tersebut. para paman dan saudara sepupu anak yang malang tersebut beramai-ramai mendatangi Nabi Musa. Mereka meminta kepada Nabi Musa untuk membantu menyelesaikan masalah terbunuhnya anak tersebut. Karena mereka tidak mau menjdai kambing hitam atau sasaran kecurigaan masyarakat.

Sesuai dengan perhitungan mereka, Nabi Musa tidak berkutik menerima permintaan tersebut. Meskipun sudah dibantu oleh saudaranya Nabi Harun as, pembunuhan tersebut belum terungkap. Anehnya para paman dan saudara sepupu anak yang terbunuh malah berpesta pora dan tertawa-tawa bukanya bersedih ataupunmarah-marah. Namun Nabi Musa tida putus asa. Dengan tadlaruk, ia mengangkat kedua tangannya berdoa kepada Allah mengharapkan petunjuk-Nya.

Akhirnya doa Nabi Musa terkabul. Pada suatu malam, Allah menurunkan wahyu dan berbisik kepada Nabi Musa bahwa untuk mengungkap kejadian pembunuhan tersebut, mereka harus menyembelih seekor sapi. Maka petunjuk Allahpun di sampaikan kepada keluarga anak tersebut yang terbunuh.

Lalu mereka bersama-sama mengunjungi Nabi Musa. dengan angkuh mereka berkacak pinggang. Itulah yang kemudian diceritakan dalam firman Allah dalam surat al baqarah ayat 67
yang artinya:" Dan ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, Sesungguhnya Allah menyuruhmu memotong seekor sapi betina".
Akan tetapi mereka hanya mentertawakan petunjuk tersebut. Bahkan mereka menanyakan lagi tentang ciri seekor sapi tersebut. Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya lagi kepada Nabi Musa bahwa sapi tersebut tidak tua juga tidak muda. Sekali lagi umatnya masih bertanya tentang warna sapi tersebut. Dengan sabar, Nabi musapun menjelaskan tentang warna sapi tersebut. Warna sapi tersebut adalah berwarna kuning cemerlang sehingga dapat membuat senang orang yang memandangnya. Akan tetapi penjelasan ini pun masih belum jelas bagi kaumnya itu. Akhirnya Nabi Musa menjelaskan sekali lagi bahwa sapi tersebut adalah sapi yang jinak, tidak dipergunakan untuk membajak sawah ataupun mengangkut air. Di badannya tidak ada belang sedikitpun.

Akhinya mereka mencari sapi yang dimaksudkan tersebut dengan susah payahnya. Sedangkan ternyata sapi tesebut adalah milik seorang anak yatim. Sapi tersebut adalah peninggalan satu-satunya ayahnya. Oleh karena tersebut ia tidak mau menjualnya dengan harga berapapun. Akan tetapi para paman dan sepupu tersebut tetap maminta untuk membeli sapi tersebut dengan harga berapapun yang diminta anak yatim tersebut. Anak yatim tersebut teringat perkataan ayahnya,kalau sapi tersebut dipelihara dengan kasih sayang tanpa di bebani beban yang berat seperti sapi-sapi yang lainnya, suatu saat akan di beli orang dengan harga yang bikin ia kaya raya dan bikin yang membelinya jadi miskin. Dan itu akhirnya terjadi.

setelah sapi tersebut dibeli dengan sangat mahalnya kemudian sapi tersebut di bawa di hadapan Nabi Musa untuk di sembelih. dengan di saksikan oleh para warganya, sapi tersebut disembelih dan di potong lidahnya. Kemudian Nabi Musa bersama warga menuju kekuburan anak yang telah mati. Nabi Musa memerintahkan untuk membongkar kuburan tersebut. Lantas lidah sapi tersebut di pukulkan kepada mayat anak kecil tersebut.
Dengan kekuasaan Allah, mayat tersebut menceritakan tentang kematiannya yang dilakukan oleh para paman-pamannya serta sepupunya itu yang ingin menguasai harta kekayaannya.
Begitu selesai menjelaskan rahasia yang menyingkap kejahatan para paman dan sepupunya itu, si mayat kemudian kembali dingin dan kaku seperti semula.
Akhirnya para pembunuh tersebut ditangkap dan di ancam hukuman mati.

Di kutip dari buku
"KISAH KEADILAN PARA PEMIMPIN ISLAM"
KARYA : NASIRRUDIN S.AG.MM,

0 komentar: